Review Film Exterritorial (2025) - Film Sci-Fi yang Menyentuh dan Penuh Refleksi

littleashes-themovie.comFilm “Exterritorial” (2025) adalah salah satu tontonan yang cukup bikin mikir sekaligus menyajikan visual yang memanjakan mata. Aku nonton film ini tanpa ekspektasi besar, tapi ternyata justru berhasil bikin aku terpaku dari awal sampai akhir. Genre sci-fi-nya digarap dengan tone yang lebih kelam dan serius, tapi tetap ada sentuhan emosional yang bikin kisah ini terasa manusiawi.

Di tengah banyaknya film sci-fi yang cenderung klise, “Exterritorial” muncul dengan narasi yang beda. Kisahnya nggak melulu soal alien atau teknologi canggih, tapi lebih ke bagaimana manusia menghadapi konsekuensi dari eksplorasi luar angkasa dan keputusan etis yang mempengaruhi kehidupan banyak orang. Tema tentang wilayah tanpa hukum dan pertarungan moral terasa relevan dan kuat banget.

Cerita dan Alur yang Pelan tapi Ngena

Alur film ini tergolong lambat di awal, tapi itu justru jadi kekuatan. Penonton diajak memahami dunia baru di luar bumi, tempat yang disebut sebagai zona eksklusif dan bebas hukum—atau istilahnya “eksterritorial”. Pemerintah global mengabaikan daerah ini karena terlalu berisiko, tapi di situlah berbagai eksperimen dan kejahatan tersembunyi dilakukan.

Tokoh utama kita, Rhea, adalah seorang ilmuwan yang dulunya idealis, tapi kemudian harus menghadapi sisi gelap dari proyek besar yang pernah dia bangun. Film ini nggak nyodorin aksi tembak-tembakan tiap menit, tapi lebih ke ketegangan psikologis yang merayap perlahan. Justru itu yang bikin penonton jadi mikir, “Kalau aku di posisi dia, aku bakal ngapain?”

Akting yang Nggak Gimik

Akting dari para pemainnya bisa dibilang natural dan nggak berlebihan. Tokoh Rhea yang diperankan oleh Eliza Campos tampil meyakinkan, terutama saat harus menunjukkan dilema moral dan ketakutan tanpa harus lebay. Chemistry-nya dengan karakter pendukung, seperti Kolonel Marx dan teknisi muda Arin, juga terasa hidup dan nggak dipaksakan.

Yang menarik, film ini nggak menampilkan aktor-aktor papan atas yang sering muncul di film sci-fi box office, tapi justru ngasih ruang buat wajah-wajah baru dengan akting yang solid. Ini bikin kita jadi lebih fokus ke cerita, bukan sekadar nunggu cameo bintang terkenal.

Visual dan Atmosfer yang Menghanyutkan

Satu hal yang bikin aku angkat jempol buat “Exterritorial” adalah desain produksinya. Dunia luar angkasa yang ditampilkan terasa sunyi dan mencekam, tapi tetap indah. Gambar-gambarnya punya tone dingin dan gelap, pas banget dengan nuansa misterius dan penuh ketidakpastian.

Desain interior stasiun luar angkasa, pakaian astronot, dan teknologi yang ditampilkan semuanya punya detail yang rapi. Meski efek CGI dipakai cukup banyak, nggak ada yang terasa norak atau berlebihan. Ini nunjukkin kalau tim produksinya bener-bener mikirin bagaimana cara membangun dunia baru yang believable.

Isu Moral dan Politik yang Relevan

Film ini bukan cuma soal petualangan luar angkasa, tapi juga menyentuh isu-isu berat seperti eksploitasi manusia, kebijakan pemerintah yang tidak transparan, dan etika dalam sains. Penonton diajak untuk merenung, apakah kemajuan teknologi memang sepadan dengan risiko yang dibawa?

Ada juga kritik halus terhadap sistem kapitalis dan perusahaan besar yang diam-diam punya kekuasaan lebih besar dari negara. Di sinilah “Exterritorial” jadi lebih dari sekadar hiburan—film ini menawarkan refleksi atas kenyataan yang mungkin sedang kita hadapi, hanya saja dikemas dalam bentuk fiksi ilmiah.

Bukan Film Untuk Semua Orang

Kalau kamu lebih suka film yang banyak aksi atau cerita yang gampang ditebak, mungkin kamu bakal merasa bosan di awal film ini. Tapi kalau kamu suka cerita yang padat makna dan suka mikir panjang setelah nonton, “Exterritorial” bisa jadi salah satu pilihan terbaik tahun ini.

Beberapa orang mungkin bakal menganggap film ini terlalu berat atau lambat, tapi justru itulah daya tariknya. Ini bukan film popcorn yang langsung ludes dalam satu duduk, tapi lebih ke tontonan yang perlu dicerna pelan-pelan.

Kesimpulan

“Exterritorial” adalah film sci-fi yang cerdas, menyentuh, dan penuh perenungan. Dari segi cerita, akting, sampai visualnya, semuanya diramu dengan rapi dan serius. Ini bukan film yang bakal dapet tepuk tangan dari semua orang, tapi buat yang suka genre ini, dijamin puas.

Aku pribadi ngasih nilai 8,5 dari 10. Karena jarang banget ada film sci-fi yang berani tampil beda dan tetap mempertahankan kualitas dari awal sampai akhir. Kalau kamu penasaran, coba tonton deh dan siap-siap dibawa ke dunia yang penuh dilema dan pertanyaan moral yang nggak mudah dijawab.

By admin